Senin, 21 November 2011

Membentuk Moral Anak dengan Mendongeng

Oleh SITTA R MUSLIMAH
Mendongeng atau story telling ternyata dapat dijadikan sebagai media membentuk kepribadian dan moralitas anak usia dini. Sebab, dari kegiatan mendongeng terdapat manfaat yang dapat dipetik oleh pendongeng (orangtua) beserta para pendengar (dalam hal ini adalah anak usia dini). Manfaat tersebut adalah, terjalinnya interaksi komunikasi harmonis antara oran gtua dengan anaknya di rumah, sehingga bisa menciptakan relasi yang akrab, terbuka, dan tanpa sekat.
Ketika hal itu terpelihara sampai sang buah hati menginjak remaja, tentunya komunikasi yang harmonis antara oran gtua dan anak akan menjadi modal penting dalam membentuk moral. Karena kebanyakan ketika mereka beranjak remaja atau dewasa, tidak mengingat ajaran-ajaran moral diakibatkan tidak adanya ruang komunikasi dialogis antara dirinya dengan orang tua sebagai “guru pertama” yang mestinya terus memberikan pengajaran moral. Jadi, titik terpenting dalam membentuk moral sang anak adalah lingkungan sekitar rumah, setelah itu lingkungan sekolah dan terakhir adalah lingkungan masyarakat sekitar.
Namun, ketika di lingkungan rumahnya sudah tidak nyaman, biasanya anak-anak akan memberontak di luar rumah (kalau tidak di sekolah, pasti di lingkungan masyarakat). Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal seperti itu sudah sewajibnya orang tua membina interaksi komunikasi yang baik dengan sang buah hati supaya di masa mendatang ketika mereka memiliki masalah akan meminta jalan keluar kepada oran g tuanya.
Upaya preventif agar tidak terjadi pemberontakan dari sang buah hati terhadap tatanan moral yang berlaku, adalah dengan membudayakan kembali dongeng sebelum tidur. Tentu saja, kisah yang didongengkan itu harus berisi panduan hidup yang berbasis pada filsafat hidup dan nilai moral yang visioner dan positif bagi perkembangan hidupnya di masa depan. William Pakpahan mengatakan bahwa pengetahuan moral bisa diajarkan di rumah, caranya dengan membahas buku-buku dongeng, kitab suci, dan menceritakan kisah yang konstruktif bersama anak.
Mulailah mendongeng
Aktivitas mendongeng atau story telling memang telah jadi budaya di negeri kita selama ratusan tahun lamanya. Ini dibuktikan dengan adanya legenda, misalnya di tatar Sunda, kita mengenal Sasakala Situ Bagendit, Sasakala Tangkuban Parahu, sakdang kuya jeung sakadang monyet dan masih banyak lagi. Bukti tersebut mengindikasikan bahwa telah sejak dahulu kala, nenek moyang kita melakukan kegiatan mendongeng kepada anak-cucunya agar tertanam nilai moral sejak usia dini. Dan, biasanya dongeng yang lebih berpengaruh kepada anak-anak adalah kisah-kisah keteladanan yang berkaitan dengan dunia anak yang imajinatif.
Merrill Hermin dalam bukunya berjudul How to Plan a Program for Moral Education (1990) berpendapat bahwa bercerita atau mendongeng memungkinkan orang berbicara tanpa memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Sebab setiap pendengar memiliki kebebasan untuk setuju atau tidak setuju dan akan berusaha menempatkan posisinya di mana ia mau dalam cerita itu.
Selain itu, cerita atau dongeng bisa menjadi wahana untuk mengasah imajinasi dan alat pembuka bagi cakrawala pemahaman seorang anak. Ia akan belajar pada pengalaman-pengalaman sang tokoh dalam dongeng tersebut, setelah itu memilah mana yang dapat dijadikan panutan olehnya sehingga membentuknya menjadi moralitas yang dipegang sampai dewasa. Karena itulah, peran pendongeng atau oran g tua dalam menjelaskan atau merangkum seluruh kisah dalam cerita kepada anak-anak mesti menjadi seorang penjelas yang pasih. Alhasil, seorang anak akan mengerti intisari dari cerita yang didongengkan tersebut.
Maka, agar tidak terjadi penanaman bibit moral yang paradoksal, orang tua selayaknya memberikan penafsiran secara rasional, konstruktif, dan tidak terjebak pada pengisahan yang klenik. Selain itu, sebaiknya kegiatan mendongeng juga dilakukan sebelum seorang anak hendak tidur, supaya sang anak bisa lebih menyerap materi cerita yang berisi keteladanan sang tokoh dalam cerita itu.
Misalnya, ketika kita menceritakan sasakala Situ Bagendit, menyelipkan ajaran moral bahwa memberi kepada yang membutuhkan atau fakir miskin itu merupakan keniscayaan. Tujuannya agar seorang anak dapat membentuk kepribadiannya secara positif dan menentang kekikiran (kaceuditan) Nyi Endit sehingga menyebabkan ia dan kekayaannya ditenggelamkan oleh air.
Pertanyaannya, sudahkah malam ini atau malam tadi kita membacakan dongeng yang berisi keteladanan kepada sang buah hati? Semoga saja kita memiliki dongeng sebelum tidur yang bermutu dan bisa membentuk moral anak kita. Amiin!
Akhirul kalam, pengetahuan moral merupakan pangkal pokok dari sisi kemanusiaan kita. Maka, jangan biarkan kalau buah hati kita tergerus oleh arus budaya yang bisa membawa dirinya menjadi generasi yang kehilangan pribadi dan moral. Karena itulah, untuk mengokohkan kepribadian dan moral dalam diri anak-anak kita salah satu caranya adalah mendongengkan kisah-kisah yang berisi keteladanan, sehingga di masa mendatang mereka memiliki landasan untuk mengubah bangsa-negara ke arah yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar