Selasa, 20 Maret 2012

Bu Masnah

Bu Masnah, sosok wanita yang kerap kami “repotkan” setiap hari Minggu. Di rumah beliau yang berukuran sekitar 6 x 8 meter inilah kami biasanya mengajar anak-anak Sekolah Bintang. Dua ruangan untuk sembilan kelas kelas sekaligus. Setiap kelompok kelas hanya dibatasi oleh punggung-punggung yang bersinggungan. Namun hal ini tak menyurutkan semangat anak-anak untuk belajar, bahkan terkadang kelewat semangat untuk mengusili teman yang beda kelas. Dan bagi kami sendiri, kondisi ini seperti tantangan baru, bagaimana caranya anak-anak tetap fokus pada guru masing-masing.

Bu Masnah, sosok wanita yang tak asing bagi kami di setiap siang hari Minggu. Bukan perkara yang mudah untuk mentiapkan dua ruangan di rumah untuk tempat anak-anak belajar. Bu Masnah dan suami harus mengeluarkan semua perabot (kursi dan meja) yang ada di ruang tamu dan ruang tengah, kemudian memasang karpet dan meja kecil untuk anak-anak.

Suatu kali kami pernah datang setengah jam lebih awal, sehingga bisa membantu untuk memasang karpet. Tapi hal ini jarang terjadi. Seringkali kapet sudah tertata rapi ketika kami datang, walaupun kami datang satu jam lebih awal dari jadwal.

Kadang segan juga jika terus merepotkan bu Masnah. Tapi beliau bilang kami tidak perlu khawatir. Beliau senang jika rumahnya bisa dimanfaatkan untuk tempat anak-anak mengaji. Beliau bahkan sangat bersemangat, karena beliau yakin rumahnya akan barokah dengannya, insya Allah. Tak jarang beliau selalu menyuguhkan teh hangat dan kue setiap kami selesai mengajar. Teh hangat yang terasa begitu nikmat setelah semua proses yang dilewati, apalagi ketika tengah turun hujan. Namun beliau selalu menolak jika kami bermaksud untuk memberikan sesuatu untuk beliau.

Bu Masnah, padanya kami belajar hal yang mungkin terlihat kecil, namun sangat berarti. Kami belajar untuk sanantiasa berupaya berbuat baik, sekecil apapun itu. Bahkan amal sekecil biji dzarrah pun diperhitungkan di sisi Allah. Dan semoga setiap kebaikan yang kita lakukan bisa menjadi sarana agar keimanan kita senantiasa hidup, tumbuh dan berkembang. Insya Allah...

Wallahua’lam bish-showab...


<yusnia>